APA KABAR AGAMA INDONESIA?
Apa kabar agama Indonesia? Pertanyaan konyol. Sampai kiamat pun agama tidak akan menjawab. Yang menjawab “baik dan tidaknya” hanyalah pemeluknya saja. Agama itu diam dengan seribu bahasa yang bicara tetap adalah pemeluknya. Bisa saja agama dilegitimasi untuk kepentingannya. Sangat menjengkelkan jika agama dibawa dan difatwakan untuk memenangkan partai golongnnya sendiri. Ilustrasi-ilustrasi sederhana saja, bagi mereka yang punya “pacar” bisa saja melegitimasi dirinya bahwa pacaran itu boleh dengan alasan ta’arufan (Qs. Al Hujarat:13). Tetapi sebaliknya bagi mereka yang tidak punya “pacar” akan mengatakan bahwa pacaran itu haram karena dapat mendekatkan pada zina (Qs. Al-Isra:32). Masih belum hilang dibenak saya tentang aksi damai 4 November kemarin, eh sudah ada Fenomena kekerasan Bom molotov di gereja Oikumani Sengkotek Samarinda yang sudah jelas-jelas membunuh dan melukai masyarakat dan masih saja melegitimasi dirinya dengan agama guna mendapat surga (regional.kompas.com). Lantas substansi agama itu apa?
Pada dasarnya ada tiga pesan yang diajarkan dalam setiap agama. Pesan Pertama,
pentingnya mengimani wujud Tuhan yang transenden. Tuhan diyakini
sebagai pencipta alam dan seluruh isinya termasuk dirinya sendiri,
sehingga dalam sejarah Tuhan selalu menjadi dambaan dan tujuan bagi
manusia untuk kembali kepada-Nya.
Pesan Kedua, mengenai kehidupan
manusia di alam jagat raya ini agar tercipta kerukunan yang lebih
manusiawi, beradab dan ber-etika. Kemudian agama hadir memanifestasi
pada manusia mengatur hubungan sesamanya, alam dan penciptanya.
Pesan yang ketiga, agama memberi
tahu bahwa setelah kehidupan yang singkat ini ada kehidupan eskatologi
yang kekal. Tempat manusia memperoleh pahala dan siksa sesuai dengan
pekerjaan sewaktu hidup di dunia.
Dari ketiga pesan sentral agama di atas
mengandung pengertian hakikat dari setiap agama. Jangan salah
mengartikan agama, nanti bisa menjadi seporadis. Masing masing agama
mengklaim bahwa hanya kelompoknya yang menjadi pewaris surga dan
keselamatan yang dijanjikan Tuhan. Agama sudah menjadi Tuhan bagi
mereka. Padahal agama hanyalah alat utuk mencapai tujuan perjumpaan
manusia dengan Tuhan. Dan media yang menyampaikan pesan-pesan Tuhan
adalah para nabi yang memang sengaja diutus oleh Tuhan untuk membumikan
pesan-pesan transenden-Nya. Maka logis jika pesan-pesan Tuhan lewat
kitab suci menurut keyakinan masing-masing pemeluknya sesuai dengan nabi
yang hadir pada zamannya. Tidak perlu disalahkan adanya pluralitas
agama hari ini. saya kira hal tersebut sudah menjadi desain Tuhan.
Agama sok dibela. Padahal Tuhan saja “tak
perlu debela” kata Gus Dur. Ke-kurangdewasa-an masyarakat dalam
menerima pluralitas agama tampak ketika agama dijadikan justifikasi
terhadap kekerasan sosial. Dialok intensif antar umat beragama tidak
bisa dibangun dengan baik, yang ada hanyalah ambiguitas dengan menutup
diri guna memenangkan kelompoknya tanpa mendengar dan membagi pengalaman
dalam kerangka kemanusiaan yang universal. Disadari atau tidak,
kekerasan yang mengatasnamakan agama sebetulnya berangkat dan digerakkan
dari internal agama itu sendiri oleh tujuan-tujuan besar yang bersifat
duniawi. Kalau pinjam bahasa Bung Jokowi, bisa “ditunggangi” oleh
politik, ekonomi , budaya dan lain-lain. Jadi agama dalam hal ini hanya
menjadi baju atau kemasan saja untuk melegitimasi atas suatu tindakan
destruktif.
Di sini umat beragama sudah hilang
identitas agamanya, pesan agama mengenai cinta, kasih sayang, pencarian
makna hidup, dan persaudaraan tidak lagi terurai dalam hati nurani
mereka. Bahkan konsep ummat pun sudah terkapling-kapling hanya untuk
jama’ah tertentu, laskar tertentu, organisasi tertentu bahkan partai
politik tertentu. Konflik-konflik agama yang terjadi di Indonesia
berdampak negara kehilangan “budaya”. Nampaknya telah tercabut dalam
fikiran mereka ke-bhinneka-an seperti budaya toleransi, persatuan, dan
kesetiakawanan.
Marilah pahami bahwa agama yang memberi
kesadaran primordial akan adanya zat yang Maha Kuasa sebagai sumber
pancarian makna hidup yang dikenal dengan kesadran vertikal, kemudian
memanivestasi ke dalam kesadaran horizontal, kesadaan ini memahami
pentingnya menanggapi hidup ini secara baik dalam pengertian dan
cangkupan kehidupan sosial dan masyrakat yang lebih luas. Dalam hubungan
ini maka menjadi tanggung jawab pada setiap pemeluk agama untuk
mewujudkan kehidupan yang damai penuh keberadaban, toleransi, persatuan
dan persaudaraan di negara Indonesia tercinta ini. Sudah pasti kelezatan
iman itu baru dapat dirasakan bila semua umat beriman dapat memberi
rasa aman kepada sesama manusia bahkan kepada sesama mahluk ciptaan
Tuhan.
.
Penulis: Bung Farid
Komisaris GMNI UIN Sunan Kalijaga
Editor: Munir A. Sudhena (Ali Munir)
Komisaris GMNI UIN Sunan Kalijaga
Posting Komentar untuk "APA KABAR AGAMA INDONESIA?"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!