Hak Buruh Menurut Bung Karno

Soekarno secara sadar buruh tidak akan
sejahtera di bawah sistem kapitalisme. Untuk memperoleh kesejahteraan
itupun juga mustahil tanpa adanya gerakan politik, karenanya buruh harus
bergerak. Bung Karno secara tegas juga menolak mimpi-mimpi hangat yang
dibawa oleh sistem yang menghisap itu. Namun disatu sisi Soekarno juga
secara sadar menyatakan bahwa pertentangan antara kelas pemodal dan
kelas buruh tidak bisa didamaikan.
Dalam relasi produksi Kapitalisme, ada
pertentangan kelas pemodal dan kelas pekerja. Kelas pemodal memiliki
bahan material berupa modal dan alat produksi serta mempunyai orientasi
menumpuk kekayaan. Di sisi lain ada kelas pekerja yang tidak punya modal
dan alat produksi, maka jalan satu-satunya adalah menjual tenaganya
kepada pemilik modal tadi.
Karena tujuan kapitalis adalah menumpuk
kekayaan, maka bagaimanapun caranya akan dilakukan. Salah satunya adalah
dengan mengeksploitasi tenaga buruh-upah rendah, kerja produksi
meningkat. Karena logika kapitalis adalah menumpuk kekayaan, maka Bung
Karno mengatakan bahwa “unjung-ujungnya adalah pemiskinan” -tidak ada kesejahteraan buruh di bawah sistem kapitalisme.
Kesimpulan yang hendak ditarik Soekarno
adalah dengan menghapus sistem Kapitalisme, jika hendak mengakhiri
pendindasan terhadap kaum pekerja. Maka dari itu, hak politik harus
diberikan kepada kaum buruh.
Hak Politik
Kaum buruh harus sadar akan hak politik
dan nasib politiknya. Dengan begitu kaum buruh punya hak untuk
berkumpul, berserikat, dan menuntut protes. Karenanya kaum buruh juga
bisa membentuk organisasi buruh secara legal untuk mengaspirasi
keinginan-keinginannya. Maka dari itu, mereka harus sadar dengan hak
politiknya itu, karena dari sini mereka bisa berjuang untuk memperbaiki
nasibnya.
Jika semua itu tidak diberikan, atau
dengan kata lain tidak adanya hak politik bagi kaum buruh maka mereka
tidak akan punya ruang gerak dan melemahkan gerakan buruh. Tidak boleh
mendirikan organisasi buruh, tidak boleh berkumpul dan berserikat, tidak
boleh protes. Buruh pasti akan memperoleh kesewenang-wenangan. Lantas
bagaimana mereka harus berjuang untuk memperbaiki nasibnya?
“Subur dan kuatnya serikat buruh tergantung pada keadaan politik,” Ujar Bung karno. Maka dari itu perjuangan paling dasar bagi buruh adalah memperjuangkan hak politiknya.
Pesan Soekarno : “Jangan mengemis!”
Dari awal Soekarno secar tegas menolak
janji-janji yang dibawa oleh kapitalisme. Karena bagi Bung Karno
kapitalisme adalah sistem penghisapan, dan ujung-ujungnya adalah
pemiskinan. Maka jangan sekali-kali gerakan buruh meminta-minta ataupun
mengemis untuk meminta jaminan kesejahteraan.
Gerakan buruh harus sadar akan haknya,
bahwa perbaikan nasib bagi buruh hanya bisa dilakukan melalui sebuah
gerakan dari buruh itu sendiri. Pengurangan jam kerja dan kenaikan upah
misalnya, itu bisa dilakukan dengan menekan pengusaha dan penguasa. Dan
siapa lagi kalau bukan gerakan buruh yang melakukan?
Maka dari itu melakukan machtvorming
adalah keharusan. Karena dalam syarat perubahan harus adanya
perpindahan dari kuantitatif ke kualitatif. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah pengumpulan massa untuk akumulasi kekuatan. Setelah
semua itu selesai, perubahan menuju ke kualitatif baru dilakukan,
misalnya dengan menggelar kursus politik, membuat media massa,
mendirikan koperasi dan aksi protes.
“Kutub kapitalisme akan dikalahkan oleh kutub proletariat, diganti dengan sintesa baru, yakni sintesanya dunia yang tiada klas,” ujar Bung Karno. Maka machtvorming memang harus dilakukan, jika buruh ingin terlepas dari penindasan sistem kapitalisme.[]
Sumber: Berdikari Online
Posting Komentar untuk "Hak Buruh Menurut Bung Karno"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!