Islam Gaya Soekarno; Refleksi Dari Diskusi DBR “ Surat-Surat Islam Dari Ende”
Oleh: Farid Faqoth
Selama ini banyak buku-buku yang menjelaskan islam yang saya baca. Varian memaknai islam dari berbagai tokoh sedikit banyak saya fahami, ada yang ekstrim, tradisonal, modern dll. Sejauh ini saya belum bisa mendefinisikan makna islam yang menurut saya sendiri. Misalnya Islam dalam pandangan Norcholis Madjid, dalam pandang buletin Al-Islam, islam dalam pandangan Quraish Shihab, dosen, da’i-da’i dalam media. Dan sekarang dari dari Soekarno setelah saya membaca Buku Dibawah Bendera Revolusi Karya Soekarno Tahun 1938 M., saya diskusikan dengan teman-teman GMNI UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Saya juga tidak tahu apakah islam gaya Soekarno ini original seperti yang digelisahkan Soekarno atau hanya interpretasi saya pada tulisan Soekarno tersebut. Mengenai hal itu hanya Soekarno-lah yang tahu. Tapi setidaknya pembaca mempunyai gambaran islam yang akan saya tulis disini sejauh yang saya fahami dari tulisan Soekarno.
Selama ini banyak buku-buku yang menjelaskan islam yang saya baca. Varian memaknai islam dari berbagai tokoh sedikit banyak saya fahami, ada yang ekstrim, tradisonal, modern dll. Sejauh ini saya belum bisa mendefinisikan makna islam yang menurut saya sendiri. Misalnya Islam dalam pandangan Norcholis Madjid, dalam pandang buletin Al-Islam, islam dalam pandangan Quraish Shihab, dosen, da’i-da’i dalam media. Dan sekarang dari dari Soekarno setelah saya membaca Buku Dibawah Bendera Revolusi Karya Soekarno Tahun 1938 M., saya diskusikan dengan teman-teman GMNI UIN Sunan kalijaga Yogyakarta. Saya juga tidak tahu apakah islam gaya Soekarno ini original seperti yang digelisahkan Soekarno atau hanya interpretasi saya pada tulisan Soekarno tersebut. Mengenai hal itu hanya Soekarno-lah yang tahu. Tapi setidaknya pembaca mempunyai gambaran islam yang akan saya tulis disini sejauh yang saya fahami dari tulisan Soekarno.
12 Tulisan berupa surat-surat pendek yang
kemudian dikirim Soekarno sama temannya T.A. Hassan di Bandung. Dia
sebagai guru Persatuan Islam Bandung. Soekarno meminta kriman buku-buku
dan informasi tentang islam yang berkembang di dunia. Bisa dimaklumi
informasi tentang islam tidak dapat dijangkau oleh Soekarno sebab dia
berada di tempat pembuangan Ende Flores Nusa Tenggara Timur.
Dalam buku tersebut Soekarno banyak
mengkritik islam, khususnya yang berkembang di Nusantara. Pertannyaan
sekaligus alasan Soekarno, kenapa islam tidak maju dan berkembang dalam
peradaban? Lantas islam itu harus bagaimana? Soekarmo mengatakan bahwa
islam sekarang sudah ketinggalan zaman 1000 tahun lamanya. Bagaimana
untuk mengejar keterbelakangan itu?
Banyaknya hadits-hadits qad’ie dan dhaif
yang laku dan menyebar di masyarakat islam dijadikan rujukan pertama
dalam kehidupan. Al Qur’an dan Al Hadis (bukhori dan muslim) bukan
menjadi rujukan pertama, malah engggan untuk mencoba berpikir,
mengkritisi, mendalami dan memahaminya sebagai sumber utama bagi orang
muslim. Dampak Hadits palsu yang menyebar itulah umat islam diliputi
oleh kabut kekolotan, ketakhayulan, anti-rasionalisme. Padahal tidak ada
agama yang lebih rasional dan simplistik dari pada agama islam. Untuk
memverifikasi Hadis palsu atau tidak, Soekarno meminta langsung kiriman
kitab Al-Bukhori dan Al-Muslim. Soekarno menyimpulkan hadits-hadits
tentang Bab Al-Ijtihaddi tutup adalah hadits dhaif (lemah) atau palsu.
Kemudian tentang taqlid yang berafiliasi
dengan ditutupnya pintu ijtihad umat islam diarahkan untuk mengikuti
atau taqlid pada imam yang Empat yaitu Maliki, Hanafi, Syafi’e dan
Hambali. Opini yang dibangun tidak akan ada kader islam selanjutnya
(mujtahid) yang kapasitas berpikirnya melebihi imam tersebut. Taqlid
adalah pilihan yang utama bagi umat islam. Patokan tiap-tiap kyai dan
ulama yang berhaluan ke masing-masing imam emat tersebut. Lantas kapan
umat islam koneksitas langsung dengan al-Qur’an dan Hadits itu sendiri?
Fiqih di nomor satukan dijadikan pedoman hidup, dijadikan roh semangat
islam. Kemudian Soekarno menyimpulkan masyarakat demikianlah akan
menjadi masyarakat mati dan tidak terbang merdeka seperti burung geruda
di atas udara-udaranya yang hidup.
Taqlid adalah salah satu sebab yang
mendasar tenggelamnya islam semenjak adanya aturan taqlid abad ke 10-11.
Akal pikiran dirantai, dibelenggu. Dari fenomena itulah dapat dilihat
kemunduran islam sangat cepat sekali.
Pengetahuan para kyai dan ulama tentang
islam pun sangat nihil. Mereka inklusif dengan pengetahuan umum yang
lain. Islam yang diketahui bukan dikembangkan, dibuat kokoh dan tahan
uji dari tantangan ilmu pengetahuan modern (moderen science).
Masa ke-emas-an islam selalu digembor-gemborkan, umatnya diminta kembali
kemasa itu. Zaman sekarng dituntut untuk kembali kezaman dahulu.
Apakah bisa? jelas tidak bisa. Kata Soekarno zaman ke-emas-an islam itu
harus diambil apinya. Semangat orang terdahulu untuk mengubah nasib
islam yang lebih progresif, itulah yang perlu diambil. Sekarang
perkembangan masyarakat sudah pesat, dinamika sosial dan sarana dan
prasarana kehidupan sudah berbeda dengan tahun 700 sampai 900-an yang
silam. Mayarakat bukan benda mati yang boleh dimainkan semaunya oleh
kita, masyarakat mau perubahan, moderen dan mau maju. Artinya
modernitas sebagai penunjang hidup manusia mengantarkan manusia ke yang
lebih maju dan mempermudah dalam kehidupannya.
Memang nostalgia itu indah tetapi lebih
indah lagi kalau hari ini membangun sejarah, yang lebih indah di hari
yang akan datang. Perlu sangat hati hati dalam penggunaan hukum yang
perlu digarisbawahi aturan syariat itu bukan hanya haram, halal, makruh,
sunah atupun fardu. Di balik itu semua masih ada aturan mubah atau jaiz
(boleh). Alangkah baiknya jika umat islam ingat bahwa dirinya ada di
dalam dunia realitas saling berdialektika antara satu dengan yang lain,
mereka boleh berqias, berdi’ah boleh membuang cara-cara jadul mengambil
cara baru. Boleh nonton, boleh Hp, boleh listrik, boleh mobil,
berpesawat dan boleh modern, asal tidak jelas haram dan makruh dalam
Al-Qura’an dan Al Hadis. Dalam perubahan menuju modern adalah perjuangan
yang paling berfaidah bagi umat islam yakni menentang kekolotan. Kata
Soekarno jika umat islam sudah berjuang melawan kekolotan barulah umat
islam bisa lari secepat kilat mengejar zaman yang tertinggal 1000 tahun
lamanya.
Tulisan Soekarno ini dapat menyadarkan
penulis yang selama ini hanya berkutat dalam ideologi fiqih sebagai
penentu dalam hidup dan selalu takut memahami wahyu Tuhan secara
mendalam. Akal yang diberikan Tuhan untuk berpikir tidak pernah sempurna
saya gunakan selalu dibayangi rasa takut, dan salah pada Tuhan. Ini
tamparan Soekarno yang saya rasakan untuk kemajuan Renaissance islam kedepan. Tuhan tidak akan takut dengan akal yang ia ciptakan sendiri.
Pesan Bung Karno “Beruntunglah kaum muda yang dikasih kesempatan oleh Tuhan buat mengerjakan renaissance-paedagogie itu, bahagialah kaum muda yang ditakdirkan oleh tuhan menjadi pahlawan-pahlawan renaissance-aedagogie itu”.[]
Posting Komentar untuk "Islam Gaya Soekarno; Refleksi Dari Diskusi DBR “ Surat-Surat Islam Dari Ende”"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!