Kartini di Mata Soekarno
Oleh: Nursetyo Iswandani
“Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri.. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain” ( R. A. Kartini)
R.A Kartini seorang perempuan hebat
yang pernah terlahir di Indonesia, tepatnya di daerah Rembang, Jawa
Tengah. Kartini dikenal sebagai tokoh nasional yang ingin membebaskan
kaum perempuan dari jeratan kolonial dan budaya Jawa yang feodal. Bagi
kartini perempuan tidak harus mengurung diri dirumah dan mengurusi
urusan rumah tangga. Perempuan harus keluar dan berjuang bersama kaum
laki-laki, sejajar dan setara. Semangat Kartini adalah semangat
anti-kolonialisme dan anti-feodalisme. “Bukan masalah aku perempuan atau kamu laku-laki. Di hadapan Tuhan, kita sama” kata Kartini
Pada tahun 1963 Majalah Api Kartini menuliskan sebuah artikel ;
“Sesungguhnya gadis ideal yang
dikehendaki Kartini sesuai dengan panggilan revolusi, seorang gadis yang
tidak hanya dengan ciri perilaku nrimo ing pandum (menerima nasib),
tetapi tangkas, berdiri tegak sejajar dengan para rekan laki-laki dalam
segala bidang. Semangat Kartini …selalu memberontak terhadap segala
ketidakadilan, belenggu adat kolot serta derita kaum perempuan dan
Rakyat.”
Kartini di mata Soekarno
Pada tahun 1964 tepatnya tanggal 2 Mei
Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional melalui
Kepres (Keputusan Presiden) RI No. 108 tahun 1964, sekaligus menetapkan
setiap tanggal 21 April sebagai Hari Kartini.
Soekarno begitu mengagumi sosok Kartini
sebagai tokoh pembebas kaum perempuan. Penggambarannya terhadap Kartini
Ia gambarkan layaknya sosok Srikandi. Perempuan yang pemberani, tegar,
dan mandiri. Dalam pikiran Soekarno, perempuan memang selayaknya
mendapat hak yang setara dengan laki-laki. Bahkan kritik keras pernah
Soekarno lontarkan kepada Muhammadiyah soal tabir, Ia mengatakan itu
adalah penindasan kepada kaum perempuan. Bagi Soekarno perempuan harus
keluar dan bekerja sama bersama kaum laki-laki, mengisi segala bidang
dalam proses Revolusi.
Di masa Soekarno peringatan Kartini
benar-benar dimaknai sebagai pembebasan kaum perempuan. Gerwani adalah
salah satu organisasi perempuan di masa Soekarno yang menggunakan
semangat Api Kartini. Organisasi yang getol menghapus buta huruf, ikut
andil dalam pengambilan keputusan pemerintah, dan isu-isu feminisme.
Setelah masa Soekarno lewat, Kartini hanya dimaknai secara ceremonial semata,
tidak secara subtansif dengan apa yang diperjuangkan Kartini. Malahan
Kartini terkadang digambarkan sebagai sosok perempuan anggun, lembut,
tenang. Penggambaran perempuan yang hanya dilihat dari sosoknya yang
menggunakan kebaya dan konde. Dan penggambaran itupun nampaknya bergeser
dari yang digambarkan oleh Soekarno sebagai sosok Srikandi menjadi
sosok seperti Sembadra. Begitu jauh dan kontra dengan sosok Kartini yang
berani mendobrak sistem feodal budaya Jawa.
Maka tidak heran jika peringatan Hari
Kartini selalu kita lihat sebagai hari Festival Kebaya, Kartini-Kartono,
atau yang lebih parah lagi diskon jasa kecantikan di salon bagi
perempuan.[]
Sumber data : sejarahkita dan wikipedia
Posting Komentar untuk " Kartini di Mata Soekarno"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!