Mencari Jati Diri Dalam Ranah Politik
Banyak
sekali yang beranggapan bahwa dunia politik itu banyak sekali
stigma-stigma negatif, bahkan ada sebuah petikan yang berbunyi “ ketika hari ini kawan besok menjadi lawan “.
Sejujurnya bahwa politik bukan untuk mencari musuh baru tetapi
bagaimana politik itu di kemas dengan sesuatu yang baik dan berguna
untuk masyarakat.
Negara kita menggunakan sistem
demokrasi,hulu nya adalah pemilu serta hak suara adalah yang utama
sehingga untuk mencapai nya tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh
politik.
Tokoh politik merupakan hal terpenting
dari subyektifitas perpolitikan dalam sistem demokrasi. Merekalah motor
utama dalam menggerakkan roda pemerintahan, mereka jugalah yang
menjadikan demokrasi di negara ini menjadi wadah bagi kebesaran mereka.
Kebesaran mereka tak terlepas dari kendaraan politik mereka yaitu partai
poltik, wadah terbesar dalam sebuah pemerintahan dengan sistem
demokrasi dengan sayap sayapnya, organisasi – organisasi di masyarakat.
Tak sedikit, malah mungkin hampir semua
tokoh politik yang kini besar memulai karir politiknya dari organisasi –
organisasi sayap parpol itu sendiri. Mereka meniti karir dan
menempadiri mereka dengan pendidikan karakter yang mereka rasakan dari
keadaan – keadaan saat di organisasi yang mereka jalani. Ideologi dari
organisasi sayap partai pun tak berbeda dari dari parpol itu sendiri,
mereka belajar dan mengembangkan diri mereka serta terus berusaha
memperjuangkan apa yang mereka perjuangkan.
Dalam sistem demokrasi ini penting dan
sangat vital peran rakyat dalam menjalankan sistem yag berlaku ini.
Suara rakyat merupakan hal mutlak dalam membangun negeri ini. Pemimpin
yang mampu dan punya kapasitas memimpin yang baiklah yang seharusnya ada
untuk menjaga kesatuan rakyat dan kesejahteraan sosial masyarakat.
Namun realita yang jelas-jelas kita lihat
hari ini jauh dari angan dan gambaran imajinasi kita tentang kehidupan
madani dalam sistem demokrasi ini. Entah apa yang mengakibat kan
demokrasi yang berbunyi manis “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” kini
terlihat bagai sampah dengan demokrasi kotor dan korupsi serta
kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terus tak terselesaikan.
Cita – cita hanya tinggal cita-cita, “demi kemerdekaan rakyat dan kesejahteraan rakyat” terdengar
aneh ketika tokoh politik berbicara tentang hal itu. Mungkin kata-kata
sakral itu hanya pantas diucapkan bagi para pejuang, pejuang tanpa
kemunafikan, pejuang yang rela berkorban berani melawan atas penindasan.
Dimana jati diri bangsa ini?,apakah di
pancasila yang terus dikhianati?, atau di tangan tangan tirani yang
terus menggerogoti negeri dan tanah air ini?. Apakah kita termasuk dari
mereka yang berkata lawan, namun masih duduk manis dimeja kerja dan
nyaman tanpa rasa terlupakan dan terbuai dalam kemunafikan?. Atau kita
yang duduk di bangku kelas dan pulang dengan riang tanpa pikiran tentang
bagaimana masa depan anak bangsa yang kelaparan dijalan?. Apakah jati
diri bangsa ini memang tercipta sebagi bangsa yang terpecah belah dengan
segala konflik yang terjadi dari hari ke hari dan kita sebagai kaum
mudalah pelaku perpecahan itu. atau orang-orang tua yang ribut di tempat
indah bagaikan dibawah pohon rindang yang kita sebut DPR, yang
meributkan semua kebijakan dan merasa klan nya lah yang paling benar dan
yang paling memperjuangkan hak hak rakyat?,, rakyat yang mana dan
rakyat yang bagai mana?,, mungkin rakyat yang mencoblos logo di kertas
suara yang bergambar sama dengan logo pakaian mereka saat kampanye.
Partai hanya sebagai kendaraan politik
untuk memperkaya para tokoh – tokohnya, partai hanya sebagai rumah
singgah sementara bagi para kader – kadernya, partai politik tak lagi
mengusung ideologi yang dipraktekan oleh anggotanya dengan kesadaran dan
perjuangan. Stigmanya memang sudah sangat negatif, ditambah pelaku
politik yang tak ada henti – hentinya menunjukan kenegatifan mereka.
Namun tak sedikit para tokoh politik yang
masih menjunjung tinggi idealisme mereka tentang membela hak – hak
rakyat dan kepentingan bangsa serta kemerdekaan rakyat yang benar –
benar merdeka. Merekalah tokoh dan pejuang yang seharusnya memimpin
negeri ini, di tangan merekalah seharusnya negeri ini dinahkodai.
Akan kah kita tetap memperjuangkan suara
rakyat dan hak – hak nya? Ketika kita sudah berada di atas dan
dipercayai untuk membawa negeri ini?. Ataukah kita akan membela dan
memperjuangkan kepentingan golongan kita dan partai serta sayap-sayapnya
yang telah mengantarkan kita sebagai seorang tokoh politik yang mapan
kelak?. Atau kita hanya memperkaya diri sendiri dan menjelma sebagai
kutu loncat ketika kita tak mendapatkan kemewahan pribadi?..
Disinilah pencarian jati diri, di hari
inilah jati diri berdiri tanpa kepentingan pribadi. Pencarian jati diri
tak akan pernah selesai sampai kita mati dan sampai pada saat kita
berada dalam kondisi itu, dimana tak akan ada lagi yang bisa kita
lakukan, sebuah perjuangan dari tempat tidur rumah sakit tak berdaya
atau di sel penjara menunggu eksekusi, disanalah jati diri kita
keluar,jati diri kita memberikan sesuatu kepada hidup ini dan masa
depan, walau tubuh tak bernyawa namun kata – kata dan perjuangan akan
selalu abadi dan membangun generasi untuk masa depan yang lbih baik..
Dan dimanakah dan bagaimanakah kita akan melangkah untuk mencari jati diri kita?..
Pilihlah satu jalan dan janganpernah menyesalinya…
sebuah cita – cita luhur demi rakyat, itu yang terbaik.
Alvian Ruswanto
GmnI UIN Sunan Kalijaga
Posting Komentar untuk "Mencari Jati Diri Dalam Ranah Politik"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!