Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik “doktrin” dan Politik “baper”




Politik adalah sebuah ide dan jalan untuk mencapai sebuah kesepakatan serta untuk kemaslahatan bersama. Karenanya, dalam pertarungan politik seharusnya adalah sebuah pertarungan gagasan. Namun seringkali pertarungan itu dibarengi dengan pertarungan perasaan maupun fisik. Terlebih lagi, ada doktrin turun temurun yang seakan itu menjadi sesuatu hal yang harus dijalankan terus menerus. Sekali musuh akan tetap menjadi musuh meskipun ia membawa gagasan yang baik, dan akan menjadi kawan pula meskipun ia membawa gagasan yang biasa-biasa saja atau bahkan buruk.
Nampaknya menyimpan sekat ataupun garis politik adalah sesuatu yang aneh. Karena politik itu dinamis, bisa berubah kapanpun sesuai dengan keadaan. Hanya karena kekecewaan dimasa lampau, menjadikan habitus yang seakan wajar untuk diwariskan. Ketika ada orang baru masuk ke dalam sebuah organisasi, maka doktrin yang akan dipakai adalah “mereka bukan kawan kita” dan “mereka kawan kita”. Dan yang menjadi lebih parah lagi adalah, mereka yang baru saja masuk mempercayainya begitu saja. Seakan itu menjadi kebenaran yang sudah mutlak. Adolf Hitler pernah mengatakan, “Sebuah kebohongan yang disampaikan seribu kali akan menyebabkan masyarakat menjadi yakin bahwa kebohongan itu adalah satu kebenaran.”
Mewariskan sentimen yang tidak bertanggung jawab nampaknya tidak sejalan dengan ideologi manapaun dalam organisasi. Perbedaan pendapat itu wajar, namun itu hanya pada ranah gagasan. Kita harus membedakan perbedaan sikap politik dan ranah persahabatan. Selalu mewariskan sentimen politik keranah pribadi tidak akan membuat kita belajar. Seperti yang pernah dituliskan Dr. Budiawan dalam buku Diburu Di Pulau Buru, “sebab, kita tidak akan pernah belajar apapun dari kebencian, seperti halnya kita juga tidak akan pernah belajar apapun dari sikap memuja-muja”
Kita semua sepakat, kita didik untuk mampu berfikir merdeka. Lantas dimana letak kemerdekaanmu jika kamu tidak bisa menghilangkan apa yang disebut Francis Bacon sebagai Idios?. Hanya menerima begitu saja warisan dari pendahulumu?.[]

Posting Komentar untuk "Politik “doktrin” dan Politik “baper”"