Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gerakan Robot Tua

http://vespapora.com
oleh : Bagis Syarof

Dalam menanggapi isu-isu yang bertebaran di berbagai penjuru dunia, tentang konflik di Palestina yang tak kunjung usai, penggusuran paksa yang dilakukan oleh elit kapitalis murka yang tidak manusiawi, hingga isu bom bunuh diri yang akhir-akhir ini membuat gaduh rakyat Indonesia, biasanya komunitas mahasiswa akan melakukan aksi bela sungkawa sebagai tanda kepedulian mahasiswa terhadap saudara se-agama ataupun se-bangsa. Namun, realita berkata lain, dimana mahasiswa sekaligus komunitasnya tidak begitu peduli terhadap penderitaan saudara mereka.
            Moment aksi yang sangat antusias pada masa pemerintahan SBY(Susilo Bambang Yudoyono) pada tahun 2014 menolak kenaikan BBM diikuti banyak elemen masyarakat dan juga mahasiswa. Namun, mengapa rasa solidaritas mereka menurun? Mengapa yang aksi solidaritas hanya segelintir orang? Lantas dimana jargon mahasiswa yang diidentik dengan solidaritas?
            Yang paling viral hari ini adalah terorisme di Indonesia yang membuat masyarakat ketakutan, yang membuat masyarakat getir, seakan Indonesia seperti Mesir yang hampir tiap hari bom meletus menghancurkan bangunan, melayangkan nyawa para rakyat sipil yang tidak tau apa maksud dari semua itu. Di mako brimob, di Surabaya, dan di Sidoarjo telah menjadi bukti kongrit bahwa seluruh elemen masyarakat dan juga mahasiswa harus bersama-sama mendukung polri untuk menuntaskan kasus biadab ini.
            Di Yogyakarta, Tugu Jogja menjadi tempat sasaran elemen masyarakat untuk melakukan aksi kecaman terhadap pelaku teroris yang telah banyak memakan korban, mulai dari oknum polisi sampai anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dua malam, setelah isyak dari berbagai ormas (organisasi masyarakat) yang dinaungi LSM melakukan orasi, menyatakan sikap, mengecam, serta mengutuk kebiadaban para teroris yang tidak manusiawi. Lucunya, tidak ada elemen mahasiswa yang ikut dalam aksi tersebut. Lantas dimanakah bersembunyi organisasi mahasiswa yang katanya menjunjung tinggi kemanusiaan? Apakah ideologi kalian hanyalah pajangan?
            Organisasi mahasiswa seperti robot tua warisan leluhur yang apabila tidak diperbaharui dan digerakkan akan karat, melepuh, dan akan hancur melebur menjadi abu, hanyut ke sungai menjadi lumpur yang basi yang tidak tidak akan dipedulikan lagi. Sebuah robot tersusun dari berbagai komponen, dianataranya kepala, badan, kaki dan lain-lain. Kepala sebagai inti dari robot itu. Ketika besi itu berdiri, maka yang akan tampak duluan adalah kepalanya. Ketika kepala hilang, maka akan terasa tidak berwibawa yang ada dibawahnya. Namun, apakah tanpa kepala semuanya tidak bisa gerak? Tentu bisa, dengan listrik sebuah robot bisa bergerak meskipun tanpa kepala, karena kepala bukan inti dari sebuah robot melainkan power yang menggerakkannya. Begitu juga dengan organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa hanya bisa bergerak dengan dorongan spiritual, dengan rasa solidaritas, dan kepedulian meskipun tanpa instruksi. apalagi ada instruksi dan yang mengintruksi hilang tanpa jejak.
            Mahasiswa baru dikenalkan dengan jargon “ mahasiswa itu solid “ dimana mahasiswa diharapkan responsif dalam menghadapi tantangan sosial, dalam menghadapi masalah sosial yang melanda masyarakat sehingga dengan rasa solid, masyarakat bisa cepat menyelesaikan problemnya berkat rasa solid dan rasa empati mahasiswa. Sadarlah mahasiswa! Kalian adalah agent of control, agent of change. Indonesia ada ditangan kalian.

Yogyakarta, 16 mei 2018


gerakan mahasiswa,gerakan mahasiswa, gerakan mahasiswa

Posting Komentar untuk "Gerakan Robot Tua"