Pokok-Pokok Teologi Marhaen
Oleh:
Riki Hermawan (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
http://bandungradiostreaming.com/
Syarat
utama dari sebuah pergerakan perjuangan adalah persatuan. Perjuangan tiada yang
kokoh, apabila tiada persatuan di dalamnya. Indonesia adalah Negara dimana
terdapat berbagai macam budaya, etnis dan agama. Perbedaan ini bisa menjadi
kekuatan bagi bangsa Indonesia bisa juga menjadi sumber konflik jika setiap
individu di tanah air Indonesia tidak dapat menjaga perbedaan ini dari
gesekan-gesekan yang menimbulkan konflik berkepanjangan. Selain rasa Nasionalisme
yang dipupuk sebagai tali pemersatu, seraya ada yang lebih dan harus dijadikan
sarana pemersatu yang pertama dan paling utama. Sarana pemersatu itu adalah
agama.
Kendati
agama di tanah air Indonesia memiliki banyak keragaman, baik agama besar dunia,
maupun agama lokal nenek moyang. Agama akan menjadi sarana konflik jika agama
itu dilembagakan secara baku dan setiap historsitas yang pernah dilewati oleh
suatu agama dimitoskan. Ketika agama dilembagakan dan setiap historisitasnya
dimitoskan, maka akan lah agama bisa menjadi saling bergesekan satu dengan yang
lainnya. Ketika agama dilembagakan dengan bakunya dan dimitoskan agama pun akan
bisa menjadi sarana untuk mencapai hasrat-hasrat politik yang besifat low
politic. Kelembagaan yang baku dan memitoskan historisitas agama hanya akan
mengantarkan penganut agama tersebut pada kemandegan berfikir dan kreatifitas
untuk mencipta peradaban.
Dalam
agama memiliki dua dimensi yaitu eksoteris dan esoteris. Dimensi luar dan
dimensi dalam. Kedua dimensi itu menyatu dalam agama, bagai dua sisi mata uang
yang tidak terpisahkan. Dimensi eksoteris agama terdapat dalama dunia yang
bersifat maya. Dimensi luar adalah dimensi dari agama yang dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari, Muslim shalat 5 waktu di masjid, Kristiani pergi
kebaktian ke Gereja, Umat Hindu pergi ibadah ke Pure, Umat Budha berdo’a di
Kuil, dan lain-lain. Itu adalah contoh kecil dari eksoteris agama. Dalam Islam
eksoteris ini biasa disebut syariat.
Dalam
syariat agama-agama tentunya memiliki perbedaan dan itu diwajarkan, dalam
syariat agama-agama memiliki truthclaim masing-masing dan itu di wajarkan. Dengan
demikian agama-agama, secara eksoteris memiliki keunikan-keunikannya
tersendiri. Perbedaan-perbedaan dan keunikan-keunikan setiap agama secara
eksoteris sangatlah diwajarkan karena Tuhan Maha Kreativ. Setiap agama-agama di
dunia memiliki historisitasnya sendiri-sendiri dan itulah menjadi keunikan dan
perbedaan syariat tiap agama-agama.
Dimensi
esoteris adalah dimensi batin. Dimensi ini adalah dimensi personal setiap
penganut agama-agama. Kendati penganut-penganut agama-agama itu memiliki
syariat atau eksoteris yang berbeda-beda tetapi untuk dimensi esoteric, setiap
penganut agama akan merasakan rasa yang sama, yaitu cinta kasih, dalam Islam
Rahman Rahim Allah. Dimensi esoteric ini akan dirasakan hanya dalam batin
setiap penganut agama,yang sifatnya spiritual. Dalam Islam dimensi esoteric ini
biasa disebut hakikat.
Dimensi
esoteric adalah dimensi cahaya yang memberikan jiwa kepada setiap
akivitas duniawi. Menuju dimensi esoteric ini tentulah dibutuhkan dimensi
eksoterik, contohnya seperti kita jika mau masuk kamar tentunya kita harus
melewati luar pintu rumah dulu. Membuka pintu itu ibarat kegiatan eksoteris. ,
sebaliknya eksoteris membutuhkan esoteris, karena dengan dimensi esoteric
ini setiap kegiatan eksoteris mendapatkan jiwa nya. Setiap agama-agama memiliki
eksoteris atau syariat masing-masing yang berbeda dan unik untuk menuju esoteric.
Suatu
agama akan bisa mencapai esoterisnya hanya dengan melakukan dimensi eksoteris
atau syariat yang diajarkan dalam agamanya. Maka setiap penganut agam jangan
sampai mengganggu atau bahkan mencampur adukan ranah eksoteris agama lain ke
dalam agamanya. Setiap penganut agama haruslah menapaki jalan dimensi eksoteris
agama masing-masing untuk mencapai dimensi esoteric. Mencapai pengalaman batin
yang sifatnya spiritual. Dimensi esoterislah yang kemudian menyinari setiap
penganut agama-agama masing-masing dengancahaya cinta-Nya, sehingga efek dari
pengalaman ini setiap orang akan mencintai orang lain walaupun berbeda agama,
dengan saling menintai satu sama lain maka persatuan akan terjalin.
Jika
kita mengakui setiap agama sama atau pluralism, hal demikian tidak benar juga.
Pluralisme, hanya mengakui persamaan dari setiap agama-agama, sementara
perbedaan dan keunikan agama-agama tidaklah diakui. Maka dari itu pengakuan
atas dimensi eksoteris dan dimensi esoteric dalam agama-agama mensyaratkan akan
adanya sebuah pengenalan mendalam dari setiap penganut agama yang berbeda.
Pengenalan baik persamaan maupun perbedaan dari agama-agama yang ada di Negara
ini. Di dalam Islam aktivitas demikian telah diperintahkan dalam Q.S Al-Hujurat
ayat 13.
Ketika
setiap penganut agama memiliki rasa cinta kepada setiap pemuluk agama lain, bahkan
cinta terhadap kemanusiaan, maka setiap penganut agama akan mengulang
historitas progressif dari setiap agama-agama. Menyeru kepada keadilan dan
kemanusiaan yang beradab, sepanjang sejang sejarah agama. Penganut agama yang
otentik yang sudah mengalami pengalaman batin, mereka selalu mengikuti Nabi-nabinya
untuk menyeru kepada keadilan dan kemanusiaan yang beradab. Misalnya Isa Al-Masih
dengan para penganut Kristiani melawan feodalisme dan penjajahan kerajaan Roma
kepada rakyat tertindas.
Nabi
Muhammad melakukan revolusi di tanah Arab beserta penganut Islam lainnya ikut
dengan Nabi untuk melakukan perubahan sosal menuju masyarakat adil, beradab.
Pergerakan tersebut, perjuangan yang dilakukan, dilakukan bukan karena
kebencian tapi karena kecintaan akan manusia lain dan alam semesta ciptaan
Tuhan jangan samapi dirusak manusia yang merusak dan menindas. Karena gerakan
agama adalah gerakan pembebasan. Gerakan pembebasan hanya bisa dilakukan oleh
manusia-manusia yang otentik, keotentikan manusia hanya bisa dicapai ketika dia
sudah masuk ke dimensi batinnya dan mendapat cahaya Cinta-Nya.[]
Posting Komentar untuk "Pokok-Pokok Teologi Marhaen"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!