Kamunflase Jorok
By : Rifa'i
Datang lagi saya, sebagai penegasan. Tulisan pendek, semoga ada klimaks di ujung, amiinn..
Konstelasi politik dan menjual DEMA U ---- strategi-strategi ini sebenarnya dapat dipakai hanya di dalam ruang lingkup UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (baca: seminar di tanggal 19 september mendatang). Di pihak lain, satu alat strategis dipakai untuk memproklamirkan dirinya menjadi nasional.
Sebagaimana disebutkan di atas, dia terdiri dari menyembunyikan tujuan-tujuan yang sebenarnya dan motif-motif aksi politik yang sebenarnya di balik pseudo tujuan dan pseudo motifnya yang semu yang lebih populer dan karena itu, mengambil dukungan dari mahasiswa (baca: peserta seminar) yang lebih besar.
Penulis menamakannya "kamunflase". Itu adalah perkembangan yang miris sekali di dalam demokrasi yang di benturkan dengan nilai-nilai idealisme mahasiswa dan kampus itu sendiri. Dipakai oleh individu-individu, partai-partai, dan kelompok-kelompok desak di dalam perjuangannya untuk memenangkan atau mempengaruhi kekuasaan. Dia juga dipakai untuk memperoleh kepatuhan dari para warga dan untuk mengembangkan integritas sosial dan politik nyata.
Penulis terlanjur mengatakan kamunflase, oleh sebab itu perlu ditegaskan bahwa kamunflase disini mengambil banyak bentuk. Kita akan berbincang beberapa, dengan ilustrasi, akan tetapi deskripsi kita sama sekali tidak tuntas.
Sekali lagi, kamunflase dalam pergolakan politik mengambil banyak bentuk yang berbeda-beda. Bahkan badan dan lembaga kampus bisa menjadi juru bicara bagi partai, kelompok-kelompok atau kelas-kelas tertentu. Sebagai akibatnya organisasi-organisasi non politik dengan demikian bisa menjadi organisasi politik. Himpunan mahasiswa, gerakan-gerakan kaum muda memainkan peranan sedemikian rupa dalam banyak agenda (baca: seminar di tanggal 19 september mendatang).
Semakin jauh terpisah fungsi-fungsi resminya dari isu politik, semakin kurang mereka membangkitkan kecurigaan pemerintah. Tiga jenis organisasi yang lebih dekat dengan politik 2019 di lingkungan UIN SUKA, sebagai konsekuensinya, lebih berbahaya---kampus dan mahasiswa filosofis, dewan eksekutif mahasiswa, dan PRM (partai rakyat merdeka).
Dalam demokrasi, partai-partai konservatif berhasil memberikan "politik" suatu nama yang jelek, yang berakibat di dalam perjuangan politik yang tersembunyi di balik tabir non-politik. Banyak partai berafiliasi dengan partai-partai politik, kelompok pemuda melenial, klub wanita, sastra, kesenian dan serikat perlawanan-dengan demikian bersembunyi di bawah tameng nonpolitik. Banyak kelompok desak, dalam kenyataannya mengejar tujuan-tujuan politik, pura-pura hanya mempunyai tujuan ekonomi, sosial atau perusahaan.
Akhirnya, (seminar politik generasi mellenial di pemilu 2019) yang akan diselengkaran langsung oleh dewan eksekutif mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 19 september 2019 dibuat antara pergolakan _di dalam_ dan perjuangan _untuk_.
Mari tepuk tangan atas nama PARTAI MASUK KAMPUS, prak...prak...prak...prak...prak...prak...PRAKKKKKK..!
Viva.co.id
Konstelasi politik dan menjual DEMA U ---- strategi-strategi ini sebenarnya dapat dipakai hanya di dalam ruang lingkup UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (baca: seminar di tanggal 19 september mendatang). Di pihak lain, satu alat strategis dipakai untuk memproklamirkan dirinya menjadi nasional.
Sebagaimana disebutkan di atas, dia terdiri dari menyembunyikan tujuan-tujuan yang sebenarnya dan motif-motif aksi politik yang sebenarnya di balik pseudo tujuan dan pseudo motifnya yang semu yang lebih populer dan karena itu, mengambil dukungan dari mahasiswa (baca: peserta seminar) yang lebih besar.
Penulis menamakannya "kamunflase". Itu adalah perkembangan yang miris sekali di dalam demokrasi yang di benturkan dengan nilai-nilai idealisme mahasiswa dan kampus itu sendiri. Dipakai oleh individu-individu, partai-partai, dan kelompok-kelompok desak di dalam perjuangannya untuk memenangkan atau mempengaruhi kekuasaan. Dia juga dipakai untuk memperoleh kepatuhan dari para warga dan untuk mengembangkan integritas sosial dan politik nyata.
Penulis terlanjur mengatakan kamunflase, oleh sebab itu perlu ditegaskan bahwa kamunflase disini mengambil banyak bentuk. Kita akan berbincang beberapa, dengan ilustrasi, akan tetapi deskripsi kita sama sekali tidak tuntas.
Sekali lagi, kamunflase dalam pergolakan politik mengambil banyak bentuk yang berbeda-beda. Bahkan badan dan lembaga kampus bisa menjadi juru bicara bagi partai, kelompok-kelompok atau kelas-kelas tertentu. Sebagai akibatnya organisasi-organisasi non politik dengan demikian bisa menjadi organisasi politik. Himpunan mahasiswa, gerakan-gerakan kaum muda memainkan peranan sedemikian rupa dalam banyak agenda (baca: seminar di tanggal 19 september mendatang).
Semakin jauh terpisah fungsi-fungsi resminya dari isu politik, semakin kurang mereka membangkitkan kecurigaan pemerintah. Tiga jenis organisasi yang lebih dekat dengan politik 2019 di lingkungan UIN SUKA, sebagai konsekuensinya, lebih berbahaya---kampus dan mahasiswa filosofis, dewan eksekutif mahasiswa, dan PRM (partai rakyat merdeka).
Dalam demokrasi, partai-partai konservatif berhasil memberikan "politik" suatu nama yang jelek, yang berakibat di dalam perjuangan politik yang tersembunyi di balik tabir non-politik. Banyak partai berafiliasi dengan partai-partai politik, kelompok pemuda melenial, klub wanita, sastra, kesenian dan serikat perlawanan-dengan demikian bersembunyi di bawah tameng nonpolitik. Banyak kelompok desak, dalam kenyataannya mengejar tujuan-tujuan politik, pura-pura hanya mempunyai tujuan ekonomi, sosial atau perusahaan.
Akhirnya, (seminar politik generasi mellenial di pemilu 2019) yang akan diselengkaran langsung oleh dewan eksekutif mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 19 september 2019 dibuat antara pergolakan _di dalam_ dan perjuangan _untuk_.
Mari tepuk tangan atas nama PARTAI MASUK KAMPUS, prak...prak...prak...prak...prak...prak...PRAKKKKKK..!
Ngapunten, kamunflase itu apa ya?...
BalasHapus