SEDIKIT RENUNGAN UNTUK LEBIH MAWAS DIRI
Oleh:
Limpad Tuhu Pamungkas
Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (GMNI) adalah suatu organisasi gerakan mahasiswa yang
melandaskan cita-citanya pada gagasan sosialisme Indonesia. Hal itu berangkat
dari suatu keyakinan, bahwa hanya dalam suatu sistem tata masyarakat yang
sosialislah kaum marhaen dapat selamat. Gagasan tersebut merupakan suatu ide
dasar bagi ajaran Marhaenisme yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip dan
azaz-azaz perjuangan untuk mewujudkan cita-cita sosialisme Indonesia. Dalam hal
ini, GMNI dan tenaga penggerak yang ada di dalamnya (kader) adalah merupakan
agen perubahan yang bertugas untuk mendidik kader bangsa dalam rangka
mempercepat jalannya evolusi masyarakat menuju kepada suatu masyarakat baru,
yaitu masyarakat sosialis Indonesia.
Dari sedikit pandangan
di atas dapat disimpulkan bahwa GMNI adalah suatu alat yang digerakkan oleh
kader-kadernya untuk mendidik kader bangsa dalam perjuangan mewujudkan
cita-cita sosialisme Indonesia. Sebagai alat, tentu GMNI hanyalah merupakan
benda mati yang memerlukan agen penggerak untuk menggerakkannya. Berfungsi
secara baik atau tidaknya suatu alat tentu sangat bergantung pada pengguna alat
tersebut, baik dari segi pemahamannya terhadap alat tersebut maupun dari segi
pengetahuan akan sejauh mana alat tersebut dapat digunakan dalam konteks
kebutuhan yang bersifat aktual/kekinian. Singkatnya, kualitas keberfungsian
dari GMNI sangat bergantung pada tingkat pemahaman dan pengetahuan
kader-kadernya sebagai tenaga penggerak.
Sebuah alat semestinya
memiliki tujuan fungsional tertentu. Untuk mencapai tujuan fungsionalnya, suatu
alat harus memiliki syarat-syarat yang memungkinkan tujuan fungsional itu dapat
tercapai. Syarat-syarat yang pokok ada tiga, yaitu syarat yang harus dimiliki
oleh alat itu sendiri (syarat material dan syarat formal), syarat yang harus
dimiliki oleh penggeraknya, dan syarat kondisi. Tanpa adanya syarat-syarat
tersebut maka tujuan fungsional suatu alat tidak akan tercapai, bahkan bisa
saja alat tersebut tidak pernah ada.
Ambillah palu/martil
sebagai contoh, sebagai alat palu memiliki tujuan fungsionalnya, yaitu untuk
menancapkan paku misalnya. Agar tujuan fungsional itu dapat tercapai dengan
baik maka palu haruslah memiliki syarat material dan syarat formal yang ada
pada dirinya sendiri. Syarat material dari palu ialah ia harus berbahan keras,
semisal besi, agar dapat digunakan untuk memukul paku sehingga paku dapat
menancap pada suatu benda. Syarat formal palu ialah ia harus didesain dengan
bentuk sedemikian rupa supaya memungkinkan dan memudahkan penggeraknya untuk
memukul paku.
Syarat berikutnya agar
tujuan fungsional palu dapat tercapai adalah syarat yang harus dimiliki oleh
penggeraknya (misalnya manusia), yaitu si penggerak haruslah memahami terlebih
dahulu tujuan fungsional dari palu. Bisa saja palu itu digunakan untuk memukul
orang atau benda lainnya sehingga tujuan fungsional dari palu tersebut tidak
tercapai. Si penggerak juga harus memahami cara menggunakan palu tersebut dan
bagaimana palu tersebut dapat berfungsi dengan baik. Singkatnya, agar tujuan
fungsional tersebut dapat tercapai, si penggerak harus benar-benar menguasai
pengetahuan perihal paku dan palu.
Syarat pokok yang
terakhir adalah syarat kondisi. Untuk tercapainya tujuan fungsional, maka harus
ada suatu kondisi yang memungkinkannya untuk tercapai. Dalam hal ini,
sebenarnya syarat kondisi memiliki dimensi yang luas dan akan membutuhkan ruang
yang banyak untuk dicurahkan dalam tulisan. Singkatnya, ambillah contoh yang
sederhana di atas. Tujuan fungsional dari palu tidak akan tercapai, jika tidak
ada kondisi yang memungkinkan tujuan fungsional palu tersebut dapat tercapai.
Walaupun palu sudah memiliki desain sedemikian rupa dan si penggerak telah
benar-benar menguasai pengetahuan perihal palu dan paku, akan tetapi jika tidak
ada paku untuk dipukul, maka tentu tujuan fungsional palu tidak akan tercapai
juga.
Telah jelaslah bahwa
sesugguhya GMNI bukanlah hanya sekedar wadah untuk belajar berorganisasi demi
bekal ketrampilan pribadi atau bahkan sebagai jembatan karir pribadi. GMNI
adalah organisasi kader dan organisasi perjuangan. Ia merupakan sebuah alat
yang memiliki tujuan fugsional yang menuntut pengetahuan dan pemahaman yang
sedalam-dalamnya akan maksud dan tujuan GMNI oleh kader-kadernya (sebagai
pengguna alat). Lebih dari itu, dibutuhkan juga pegetahuan yang radikal dan
komprehensif terhadap kondisi riil kekinian untuk mewujudkan tujuan
fungsionalya. Berfungsi dengan baik atau tidaknya GMNI untuk mencapai tujuan
fungsionalnya akan sangat bergantung pada kapasitas penggeraknya, baik dari
segi pemahaman terhadap GMNI maupun pemahaman terhadap kondisi riil kekinian.
Pemahaman para kader
yang kabur terhadap maksud dan tujuan yang menjadi dasar keberadaan GMNI akan
menyebabkan terjadinya suatu keadaan disorientasi. Hal ini akan membuat
keberadaan GMNI menjadi tidak autentik. Barangkali mungkin inilah yang dimaksud
oleh seorang pemikir Martin Heidegger, sebagai ketidak-autentikan suatu
entitas. Ketika suatu entitas tetap berjalan dengan ketidak-autentikan, maka
perjalanan suatu entitas tersebut akan selalu terjerembab dalam "kelupaan
diri". "Kelupaan diri" akan melemparkan suatu entitas kedalam
tindakan-tindakan yang serampangan, dangkal-dangkalan dan banal.
Ketidak-mampuan untuk
"mawas diri" akan sering menjebak pada suatu anggapan, bahwa seolah
ia telah melakukan hal besar, yang tanpa disadari sebenarnya hanyalah hal yang
asal-asalan saja. Asal terlihat bagus, asal terlihat hidup, asal terlihat
bergerak, asal terlihat revolusioner, asal terlihat berjuang.[]
Posting Komentar untuk "SEDIKIT RENUNGAN UNTUK LEBIH MAWAS DIRI"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!