Membaca Kegilaan dalam Rekrutmen Kader Organisasi di UIN Sunan Kalijaga
Beberapa hari terakhir gencar bertebaran hoaks dan intervensi terhadap MABA yang dikerahkan oleh organisasi tertentu demi menggaet kader-kader baru di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal itu tentu akan sangat merugikan organisasi lainnya yang memilih jalan kebenaran tanpa harus menjalarkan isu hoaks dan intervensi doktrinis, yang memberikan kebebasan untuk memilih secara terbuka perihal organisasi yang MABA inginkan.
Saya alumni UIN. Saya tahu betul bagaimana organisasi-organisasi di UIN Sunan Kalijaga bekerja. Bukan lagi rahasia umum apabila organisasi tertentu yang mendominasi politik dan birokrasi di UIN Sunan Kalijaga berusaha menggiring MABA agar masuk dalam perangkap liar mereka, dengan berbagai cara. Mereka terbiasa menjerat MABA dari sejak awal PBAK, di mana panitianya memang didominasi oleh mereka.
Mau bukti? Lihat saja desain pamplet PBAK yang mereka buat, akan sangat tampak sekali kita lihat dominasi warna yang identik dengan warna bendera atau lambang organisasi mereka. Apakah itu salah? Tentu saja sah-sah saja, sebagai konsekuensi dari kemenangan dominasi politik dan birokrasi. Tetapi akan sangat tidak benar apabila, misalnya, ketika saya masih MABA tahun 2014 lalu, saya dibentak-bentak dan dipaksa masuk ke dalam kubu mereka. Saya sebagai (barangkali) mahasiswa potensial dalam karakter dan akademik, merasa diintip setiap saat, di sana sini selalu ada mereka yang siap menyapa saya dengan sapaan, “Munir, gimana kabarnya? Jadi ikut P**I gak?”. Tai kucing! Jangan sesekali ajak saya kalau cara kalian main paksa dan kasar, gumam saya dalam hati.
Rupanya, di masa Online saat ini pun, hal yang serupa tetap mereka lakukan; bentak-bentak, intervensi, dan mendoktrin MABA dengan berbagai hoaks. Di sinilah perang itu dimulai, dan perlu bagi MABA untuk selalu mencari tahu dan berpikir kritis. Jangan mudah percaya sama senioritas yang buta dan haus pengkaderan. Carilah informasi yang real di internet secara terperinci, yang tidak hanya didasarkan pada percakapan interventif di Whatsapp.
Persaingan organisasi yang tidak sehat akan berdampak pada keseimbangan wacana demokrasi di wilayah kampus. Dominasi kekuasaan tidak semestinya digunakan dengan buta, tanpa mempertimbangkan kembali apa yang baik dan buruk bagi orang lain. Bukannya senior mereka sering berorasi dengan gagah, lengkap dengan rambut gondrong mirip orang gak lagi mikirin cara beli shampoo yang baik dan benar, dengan lantang berkata “Hidup mahasiswa! Kita harus berjuang untuk menumpas penderitaan rakyat! Lihatlah orang tua kita, mereka bertani, hidup miskin karena kerakusan para penguasa! Mereka tertindas!” Tai kucing! Apa kabar senior mereka yang lenggak-lenggok menikmati birokrasi kampus (Jabatan dan Uang), setelah kader bawahnya merekrut anggota dengan cara yang buta?
Marilah kita belajar menjadi mahasiswa yang bebas dan merdeka, tanpa ada intervensi pilihan dan pemikiran dari siapapun. Jangan pernah menjual diri kepada kerakusan intimidatif yang mengatasnamakan pergerakan!
Posting Komentar untuk "Membaca Kegilaan dalam Rekrutmen Kader Organisasi di UIN Sunan Kalijaga"
Berkomentarlah dengan Bijak dan Kritis!