Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

FROM ZERO TO CHAMPION

Oleh: Muhammad Rais Prasetyo Hernadhi

(Peserta Lomba Menulis Cerpen Hari Santri Nasional 2020)

Di saat pelajar-pelajar lain sudah memasuki SMA, Zaid dan teman-temannya masih berada di bangku SMP. Zaid sudah lima kali tidak naik kelas, begitu pun teman-temannya yang juga beberapa kali tidak naik kelas. Kini Zaid bersekolah di Pondok Pesantren Az Zubair yang berada di daerah pedalaman. Pondok Pesantrennya bisa dibilang kurang layak untuk bersekolah karena beberapa hal, seperti kekurangan guru dan kekurangan fasilitas-fasilitas yang seharusnya dimiliki pondok pesantren. Itulah salah satu alasan Zaid dan teman-teman pesantrennya beberapa kali tidak naik kelas.

Para santri di sana belajar dari Senin sampai Jum’at, hari Sabtu dan Ahad selalu diisi kegiatan lain seperti olahraga bersama, lomba, kajian, dan lain-lain. Disana Zaid termasuk salah satu santri yang paling bodoh dan nakal. Ia sudah bersekolah disana sejak SD dan pernah lima kali tidak naik kelas. Ia mengalami kesusahan dalam belajar dan sering kali diberi hukuman oleh gurunya. Karena kebodohannya itulah Zaid merasa tidak memiliki harapan untuk masa depannya. Tetapi karena Sang Ibu menginginkan Zaid menjadi Kiyai, ia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk bersungguh-sungguh dalam belajarnya untuk mewujudkan keinginan sang Ibu meski dianggapnya mustahil.

Zaid memiliki teman-teman yang tidak lebih sama sepertinya, bodoh dan nakal. Ia dan teman-temannya sering dihukum guru karena melakukan hal-hal nakal. Pernah suatu ketika Zaid dan teman-temannya ribut dengan teman-teman yang lain karena hasil pertandingan bola yang tidak adil. Sehingga terjadi keributan dan perkelahian yang ramai di lapangan pesantren. Zaid berniat melempar bola ke lawan dengan tangannya, namun bolanya meleset dan terlempar hingga memecahkan jendela kelas. Kemudian Zaid dan teman-temannya harus menerima hukuman berdiri di lapangan sambil murojaah satu juz.

Pada suatu hari saat Zaid dan teman-temannya baru saja selesai kajian di Pesantrennya. Tiba-tiba ia bersama teman-teman yang lain dipanggil untuk menemui kepala sekolah. Dengan kebingungan mereka langsung datang menemui kepala sekolah. Setibanya mereka di Ruang kepala sekolah, mereka diberi tahu bahwa mereka akan pergi ke Jakarta untuk melakukan program pembelajaran bersama Prof. Ahmad. Dijelaskan juga bahwa Prof. Ahmad akan melakukan perbaikan kepada murid-murid yang memiliki kesulitan dalam belajar. Kemudian dengan gembira mereka langsung bersiap-siap dan berangkat ke Jakarta bersama Prof. Ahmad.

Sesampainya disana, Zaid dan teman-temannya bertemu dengan beberapa murid lainnya yang juga mengalami kesulitan belajar. Beberapa saat kemudian Prof. Ahmad datang dan memberi sambutan kepada para murid, kemudian ia menjelaskan apa saja kegiatan-kegiatan yang akan mereka lakukan disana. Setelah itu mereka makan malam bersama dan beristirahat.

Keesokan harinya ia menjalankan kegiatan belajarnya bersama teman-temannya. Mereka diajari banyak hal, seperti matematika, fisika, akhlak, dan masih banyak lagi. Para guru disana mengajar dengan metode yang sebelumnya belum pernah didapat oleh para murid, termasuk Zaid dan teman-temannya. Mereka sering belajar sambil bersenang-senang, terkadang mereka juga belajar di luar kelas sambil berjalan-jalan.

Setelah satu tahun menjalani program pembelajaran dengan Prof. Ahmad. Zaid dan beberapa temannya dipilih mengikuti olimpiade se-Asia. Dengan ilmu dan metode yang sudah dipelajari dari Prof. Ahmad, mereka bisa mendapatkan banyak medali olimpiade.

Tak hanya kemampuan belajarnya saja yang berubah, kini Zaid memiliki akhlak yang lebih baik dari sebelumnya. Setelah menuntaskan sekolahnya, Zaid berencana untuk masuk perguruan tinggi di luar negeri. Setelah menuntaskan perguruan tingginya ia memutuskan untuk berbagi ilmunya dan berdakwah di berbagai daerah di Indonesia. 

Kini Zaid sudah memiliki banyak pondok pesantren di berbagai daerah di Indonesia. Ia membantu para murid yang memiliki kekurangan yang sama seperti Zaid saat masih SMP. Ia juga mewujudkan keinginan sang Ibu, ia menjadi seorang kyai dan sering berdakwah. Sang Ibu sangat senang dengan kesuksesan anaknya yang sudah berubah dari tidak bisa menghitung, hingga mampu lulus perguruan tinggi di luar negeri.

Dari itu semua Zaid mulai mengerti mengapa dulu ia bisa sangat bodoh dan nakal, bahkan mengitung saja ia tidak bisa. Itu semua disebabkan karena ia mendapatkan guru yang salah serta metode pembelajaran yang kurang bagus.[]


*Nama saya Muhammad Rais Prasetyo Hernadhi. Sekarang saya bersekolah di SMA Islam Al-Azhar  8 Summarecon Bekasi. Hobi saya adalah mengedit foto dan video. Di masa pandemi ini saya senang melakukan kegiatan-kegiatan produktif, seperti mendesign, berolahraga di rumah, dan tentunya mengikuti lomba-lomba online seperti lomba cerpen ini.

Itulah biodata singkat saya, semoga cerpen yang saya buat ini bisa menginspirasi banyak orang/guru, sehingga dapat memajukan generasi-generasi di Indonesia.


Posting Komentar untuk " FROM ZERO TO CHAMPION"